Label

Kamis, 25 Agustus 2011

Sinetron Kita

Mungkin sangat tepat pilihan orang tua yang membuat aturan di rumahnya untuk tidak ada televisi di rumah, atau sekedar membatasi jam menonton televisi bagi anggota rumahnya.

Aturan kedisiplinan ini sangat tepat, dan bukan tak berdasar. Saya rasa akan lebih banyak kebaikan di sebuah rumah dengan aturan seperti itu. Karena, bukan saya saja yang sependapat bahwa terlalu banyak menonton televisi akan membuat pemikiran anak tumpul, rusak, dan bodoh. (lihat berita tentang penelitiannnya di sini)

Tak perlu kita membahas tayangan-tayangan buruk itu adalah tentang tayangan gossip, karena kita semua tahu itu hanya tayangan pergunjingan yang sangat tidak baik ditonton. Tak perlu kita membahas disini bahwa tayangan-tayangan seperti sinetron-sinetron indosiar yang penuh dengan khurafat, karena kita tahu cerita-ceritanya hanya tentang bual-bualan tentang orang sakti yang bisa terbang, para kiyai yang bisa mengangkat gunung, dan sebagainya. Itu semua sudah biasa, dan kita semua tahu itu semua tidak berbobot.

Yang cukup membuat geram adalah bahwa para kapitalis perfileman Indonesia sangat getol membidik pasarnya: penduduk mayoritas: umat islam. Disaat ramadhan, mereka ibarat mendapatkan momen terbaiknya untuk menarik minat pemirsa muslim. Berbagai film sinetron berlatar bulan Ramadhan, menjamur. Namun isinya sama saja, lebih banyak sampahnya.

Bahkan Habiburrahman pun terjebak dalam sinetron-sinetronnya. Dari film pembangun jiwa-nya, setelah merasakan antusiasme penonton kini cenderung menjadi sinetron-sinetron bualan penghilang penat masyarakat susah. Yang dihadirkan adalah shoot-shoot close up kamera terhadap paras-paras cantik berbalut pakaian muslimah. Jangan tanyakan kepada para bujang, apa sebenarnya yang mereka tonton dari sinetron tersebut, apakah jalan ceritanya, atau paras jelita para artisnya. Dan bukanlah gossip, jika saya mengatakan bahwa seorang teman saya pun menjadi terpana menonton sinetronnya Habiburrahman tersebut, melihat sang pemeran Ayatul Husna, luar biasa katanya.

Meski anggota keluarga masih diperkenankan menonton televisi, namun sebaiknya dibatasi. Atau mungkin yang terbaik adalah diseleksi dan dibatasi. Saya rasa ini bukanlah pelanggaran HAM terhadap anggota keluarga, tetapi karena sekedar untuk kebaikan anggota keluarga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah sudah mau meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...