Kapten Ramirez melamun. Ia memandangi lautan tenang di depannya. tak nampak sama sekali daratan, kapal, maupun benda apapun hingga ufuk samudera.
Di atas sekoci kecil ini ia sendirian. Benar-benar sendiri. Hanya berteman sepotong dayung dan seplastik roti keras. Tanpa air minum.
Lamat-lamat bayangannya menerawang beberapa hari lalu. Ia masih berada di atas kapal kebanggaannya: The Edelweiss. Penuh dengan anak buah, meriam, dan tentu saja persediaan makanan yang enak-enak.
Semua bermula ketika ia lalai. Ketika sebulan terakhir kemudi dan peta perjalanan ia percayakan penuh pada Mayor Rottentaire...
***

Di atas sekoci kecil ini ia sendirian. Benar-benar sendiri. Hanya berteman sepotong dayung dan seplastik roti keras. Tanpa air minum.
Lamat-lamat bayangannya menerawang beberapa hari lalu. Ia masih berada di atas kapal kebanggaannya: The Edelweiss. Penuh dengan anak buah, meriam, dan tentu saja persediaan makanan yang enak-enak.
Semua bermula ketika ia lalai. Ketika sebulan terakhir kemudi dan peta perjalanan ia percayakan penuh pada Mayor Rottentaire...
***

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jazakumullah sudah mau meninggalkan komentar ^_^