Label

Kamis, 18 Agustus 2011

Cendekiawan tanpa Agama


Hari ini,  mahasiswa baru Universitas Lampung upacara 17 Agustus, dan juga propti universitas di Gedung Serba Guna Unila.

Ada yang membuat saya terhenyak tadi, saat seorang teman menceritakan bahwa ada kabar bahwa mahasiswa baru tidak diberi waktu istirahat untuk melaksanakan sholat dzuhur. Saya pun teringat, kejadian ini berulang lagi, sama sepereti propti tahun kemarin, mahasiswa baru tidak diberikan istirahat untuk sholat, dan sempat terjadi sebuah keributan di panggung.
Miris hati mendengar kabar seperti ini. Disaat bulan ramadhan seperti ini, dinodai dengan kebodohan manusia yang tak bertanggung jawab. Lantas saya bertanya, kemanakah BEM universitas yang seharusnya memiliki andil besar dalam gelaran propti maba ini? Kemanakah aktivis LDK, yang notabenenya pegiat dakwah. Saya berpendapat, mereka seharusnya dalam garda terdepan dalam mengoreksi penyimpangan-penyimpangan dalam acara tersebut, terutama yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mahasiswa muslim.

Lantas saya pun berpikir, bahwa ini semua tentunya bermuara pada amanah seorang rektor. Ia yang memiliki jabatan tertinggi di universitas ini, ia yang memiliki amanah sebagai pemimpin universitas ini, maka ia pulalah yang kelak pastinya akan dimintai pertanggungjawaban pertama kali oleh Allah kelak di hari penghitungan. Sudahkah ia sebagai pemimpin berusaha mengayom, selayaknya Sang Umar bin Khattab yang cemas jangan sampai ada bahkan seekor kuda pun yang tergelincir di wilayah kekuasaannya, karena ia takut kelak akan diminta pertanggungjawaban.

Jika memang terus begini, Saya sama sekali tidak bangga dengan perguruan tinggi saya ini. Bahkan hingga kini pelayanan publiknya pun masih sangat miris. Bagi saya, ini sungguh memalukan. Apakah hanya demi pendidikan tinggi, agama lantas harus dilupakan? Di satu sisi, saya akui saya pun bukanlah orang yang taat beragama, berlagak sok jagoan, berani berkata tentang keagamaan seperti ini. Tetapi, bukankah kebenaran harus selalu ditegakkan? Dan bukankah kita dianjurkan untuk memperhatikan apa yang disampaikan, bukan siapa yang mengatakan?

Entahlah, toh saya hanya sekedar mengungkapkan sebuah kegalauan…


1 komentar:

  1. wah segitunya ya akh.. klo ini wajib didemo... klo saya ada disana langsung marah itu... eeeh peran teman-teman omek bagus tu.. demo aja.. hehee kalo sampai berulang kali keterlaluan ini.. berarti singa-singa dakwah harus dihidupkan jangan hanya beramar ma'ruf aja tapi harus juga nahi munkar..
    klo di kampus saya para ikhwan sempat chaos lho bagi yang mau menghalangi langkah dakwah, Ayo Semangat!!! sampai kapan ni ospek...

    BalasHapus

Jazakumullah sudah mau meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...