Label

Kamis, 16 Februari 2012

Jika Aku Memimpin Negeri ini (Part 1)


Bangsa yang makmur dan sejahtera bukanlah diukur dari kemegahan bangunan hasil peradabannya, bukan dari seberapa luas wilayah wilayah, maupun seberapa banyak sumber daya alamnya. Tetapi kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa tercipta dari rasa syukur dalam terhadap anugerah yang diberikan Illahi. Sedangkan rasa syukur tersebut dibuktikan dengan kemampuan memanage segala karunia Ilahi. Seperti yang tersirat dalam ayat alquran: ”Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Rabb-mu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.(Negerimu) adalah negeri yang baik (Baldatun Thayyibah) dan (Rabb-mu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun”. (QS. Saba’:15).

Oleh karena itu, jika saya sebagai negeri ini, maka  saya akan mencoba belajar bersyukur atas segala karunia yang diberikan Allah SWT kepada bangsa Indonesia ini, dengan cara mengoptimalkan apa-apa yang sudah ada pada bangsa ini.

Jika menjadi presiden bagi rakyat Indonesia, tiga perhatian khusus yang akan saya angkat pertama kali dan mendalam: Keteladanan dan kesahajaan, lapangan pekerjaan, serta pendidikan.

Sebagai presiden Indonesia, hal pertama yang akan saya lakukan bukanlah membeli pesawat kepresidenan, membeli alat tempur, melakukan kunjungan ke Negara-negara berkuasa, ataupun yang lainnya. Namun yang pertama kali akan saya kerjakan adalah melekukan keteladanan dan mencoba mencitrakan kesahajaan. Seperti presiden Iran ahmadinejad, Segala harta kekayaan jabatan kepresidenan akan saya singkirkan dari istana. Fasilitas-fasilitas sekunder akan saya jual, dan hasilnya akan saya masukkan ke dalam kas Negara. Sistem protokoler akan saya potong. Sehingga siapapun yang hendak mengeluh  kepada saya, dapat langsung menemui saya dengan mudah. Aturan pengawalan pribadi akan saya batasi cukup dua orang terpercaya disamping saya, ring satu dan dua perlahan akan saya hilangkan. Karena saya sadar. Pemimpin yang baik dan berada di hati rakyatnya tidak akan ada musuh, dan masyarakat itu sendiri yang akan menjaga kita dimanapun kita berada.

Seluruh kendaraan kepresidenan yang mewah akan saya jual, dan seluruh pejabat saya akan saya instruksikan sama. Sebagai gantinya, kami akan menggunakan kendaraan umum untuk ke istana, atau jika takut terlambat esok harinya, maka saya akan memilih menginap dikantor saja. Dengan begitu, maka saya akan mendapatkan ruang tambahan untuk berinteraksi langsung dengan rakyat yang saya pimpin, dan juga saya dapat merasakan langsung apa yang mereka rasakan sesungguhnya.

Seluruh pejabat yang saya angkat, selain memiliki keahlian di bidangnya, akan saya cari mereka yang benar-benar memiliki pemahaman dan pengamalan ilmu agama yang baik, meskipun tidak mesti harus semuanya yang beragama Islam. Karena saya yakin, mereka yang mengamalkan agama dengan baik akan cenderung bermoral baik, dan cenderung memiliki control diri yang baik pula. Saya akan mencoba untuk berinteraksi langsung secara personal kepada setiap pejabat saya. Setiap identitas, kebiasaan, kesukaannya akan saya dalami, agar lebih mudah dalam berinteraksi. Di dalam setiap pertemuan, rapat cabinet, maupun kunjungan ke daerah, hal yang akan pertama kali saya tanyakan adalah berapa kali kewajiban agama yang telah mereka tinggalkan hari ini. Selain itu, saya akan menghentikan seketika setiap agenda saya baik rapat, kunjungan, maupun pertemuan, ketika adzan berkumandang. Akan saya ajak langsung para pejabat saya, ataupun tamu saya untuk berangkat bersama meninggalkan ruangan untuk berjalan kaki menuju masjid. Untuk yang beragama lain, akan saya minta sejenak untuk menunggu. Dengan begitu, orang-orang akan tahu betapa mengahadap Tuhan itu lebih perlu. 


*Tulisan ini merupakan prasyarat untuk mendaftar Short Course Gerakan Nasional & Internasional II (SCGNI II), yang diadakan oleh PP KAMMI pada 26 Feb-4 Maret 2012 @Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah sudah mau meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...